Monday, December 14, 2015

Budaya Asli dan Budaya Asing: Belajar Menyerap untuk Mengembangkan



Indonesia dikenal sebagai tanah dengan budaya majemuk. Kemajemukan itu terlihat dari beribu suku bangsanya yang memiliki keragaman dan keunikan masing-masing. Keberagaman budaya ini termasuk juga dalam hal pakaian.

Dalam masyarakat Jawa, ada tata cara berpakaian tradisional. Bagi wanita, ada yang disebut kemben, sementara bagi pria, ada yang disebut sorjan. Ini adalah salah satu kekhasan budaya Jawa, namun sayangnya saat ini hanya beberapa yang masih memakainya, seperti para bangsawan keraton. Tentunya, persoalan kepunahan budaya ini tidak terjadi hanya dalam masyarakat Jawa saja, tetapi juga masyarakat budaya lain di Indonesia. Persoalan tersebut muncul karena banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia dan diserap oleh masyarakatnya.

Sebagai contoh, di kalangan anak muda saat ini, gaya berpakaian (fashion) yang sedang menjamur adalah fashion ala Korea. Gaya berpakaian itu teraplikasi dalam berbagai hal; tatanan dan warna rambut, aksesoris, pakaian, hingga sepatu.

Gaya berpakaian asing yang banyak masuk ini menandakan karakter masyarakat Indonesia yang mudah menyerap, seperti spons. Hal itu tidak salah. Masalahnya adalah adalah apa yang akan kita lakukan dengan budaya asing itu. Jika kita tidak ingin budaya asli kita tergeser, maka kita harus menciptakan perubahan agar pelestarian itu tetap berjalan dan berkembang.

Yang perlu diingat, gaya berpakaian dalam negeri pun tidak kalah menarik dari luar negeri. Tetapi bukan berarti kita harus menolak sepenuhnya budaya luar itu. Maka, yang harus kita lakukan adalah menggunakan budaya asing yang masuk itu menjadi kunci pembelajaran untuk mengembangkan budaya kita.

MSN

Mengenal Istilah Waktu: "Jam" dan "Pukul"

sumber: http://thumbs.dreamstime.com

Kata jam dan pukul masing-masing memiliki makna yang berbeda. Akan tetapi, kita terkadang kurang cermat menggunakan dua kata itu sehingga tidak jarang digunakan dengan maksud yang sama. Sama seperti dalam Tahu Bahasa sebelumnya, ternyata masing-masing memiliki makna yang berbeda.

Kata jam bermakna ‘masa atau jangka waktu’ sedangkan kata pukul mengandung pengertian ‘saat atau waktu’. Dengan demikian, jika maksud yang diungkapkan adalah “waktu” atau “saat”, kata yang tepat digunakan adalah pukul, seperti pada contoh berikut:

(1) Rapat itu akan dimulai pada pukul 10.00.

Sebaliknya, jika yang ingin diungkapkan itu “masa” atau “jangka waktu”, kata yang tepat digunakan adalah jam, seperti pada kalimat berikut.

(2) Saya tidur selama 15 jam sehari.

Sumber: Prasetyo, Eko. 2013. Keterampilan Berbahasa Tepat Memilih Kata: Kasus Kebahasaan di Sekitar Kita. Indeks.

MPM

Menjadi "Pemenang", Menjadi "Juara"



Dalam keseharian, tidak jarang kita temukan penggunaan kata juara dan pemenang.  Sekilas, kedua kata ini sama saja. Akan tetapi, ternyata keduanya berbeda lho. Mari kita kupas!

Mari kita lihat dua kalimat breikut.

(1) Persib Bandung menjadi pemenang pertama dalam ajang Piala Presiden 2015.
(2) Burhan menjadi juara pertama lomba lari maraton se-Kabupaten Sleman.

Dalam KBBI, juara bermakna ‘orang (regu) yang mendapat kemenangan dalam pertandingan terakhir’, sementara pemenang bermakna ‘orang atau pihak yang menang’. Berdasarkan hal tersebut, contoh kalimat di atas dapat diperbaikai menjadi berikut.

(1) Persib Bandung menjadi juara dalam ajang Piala Presiden 2015.
(2) Burhan menjadi pemenang pertama lomba lari marathon se-Kabupaten Sleman.

Yang perlu diingat, kata juara sudah bermakna orang (regu) yang mendapat kemenangan dalam pertandingan terakhir (final). Jadi, kita tidak perlu menambahi pertama. Kedua, atau ktika di belakang kata juara. Yang lebih tepat adalah pemenang I, pemenang II, dan seterusnya.

Sumber:
Prasetyo, Eko. 2013. Keterampilan Berbahasa Tepat Memilih Kata: Kasus Kebahasaan di Sekitar Kita. Indeks.

MPM

Ketua dan Kepala



Sebelumnya, Tahu Bahasa membahas mengenai pemimpin dan pimpinan. Kali ini, kami akan membahas mengenai ketua dan kepala. Kapan ketua dan kepala dipakai? Apa perbedaannya?

Penutur bahasa Indonesia dapat menerima frasa kepala desa dan ketua kelas, tetapi tidak dapat menerima frasa ketua desa dan kepala kelas.

KBBI mengartikan kata ketua sebagai ‘orang yang tertua dan banyak pengalamannya dalam suatu kelompok manusia’. Ketua tidak menunjukkkan hierarki kedudukan, tetapi hanya menunjukkan posisi di dalam kelompoknya. Kata ketua digunakan untuk menunjukkan konsep pemimpin organisasi, institusi, dan sebagainya yang tidak memiliki kedudukan secara struktural, tetapi orang yang lebih tua pengetahuan dan pengalamannya, seperti ketua kelas, ketua partai, ketua panitia, dan sebagainya.

Sementara itu, kata kepala memiliki lebih dari satu makna. Makna utama dari kepala adalah ‘bagian tubuh yang di atas leher pada manusia dan beberapa jenis hewan yang merupakan tempat otak, pusat jaringan saraf, dan beberapa pusat indera’. Dari pengertian utama tersebut dapat diketahui bahwa sifat dari kepala adalah bagian yang paling penting dan paling utama.

Kata kepala pun akhirnya meluas maknanya sehingga dipakai sebagai sinonim kata pemimpin. Permasalahannya, pemimpin seperti apa yang dapat disebut kepala? Kata kepala digunakan untuk melambangkan konsep seseorang dan sebagainya yang berada pada kedudukan paling atas dan menjadi pusat jaringan atau pusat komando. Misalnya, kepala negara, kepala daerah, kepala keluarga, dan sebagainya.

Sumber: Majalah Aksi Anak Sastra (AKSARA) Edisi November 2012

MPM

Pemimpin atau Pimpinan?


Berbicara mengenai kepemimpinan, kita akan sering menemui istilah di atas. Tak sedikit yang bingung ketika membedakan pemimpin dan pimpinan Apa sih bedanya?

Kata pemimpin dan pimpinan berasal dari kata dasar yang sama: pimpin. Kata pemimpin terbentuk dari kata pimpin yang memperoleh imbuhan pe(N)-, sedangkan kata pimpinan terbentuk dari kata pimpin yang memperoleh akhiran –an. Kedua proses tersebut menghasilkan golongan kata yang sama, yaitu kata benda.

KBBI mengartikan pemimpin sebagai ‘orang yang memimpin’ dan pimpinan sebagai ‘hasil memimpin; bimbingan; tuntunan’. Dengan demikian, jika maksud yang ingin disampaikan adalah “orang yang memimpin", kata yang tepat digunakan adalah pemimpin. Perhatikan contoh berikut.

(1) Mahfud MD ditunjuk sebagai pemimpin dalam sidang kasus sengketa Pilkada Kalimantan Utara.

Sementara itu, jika maksud yang ingin diungkapkan itu adalah “hasil memimpin”, kata yang harus digunakan adalah pimpinan. Berikut contoh penggunaannya.

(2) Berkat pimpinan Presiden Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia berangsur baik.


MPM