Friday, October 23, 2015

Rubah Menjadi Ubah, Ubah Menjadi Rubah

"Kita harus merubah diri kita agar kita bisa lebih berkembang."

Pernah dengar kalimat semacam itu? Pasti pernah ya. Tapi aneh, rasanya pernah juga mendengar mengubah bukan merubah. Yang bener yang mana sih?

Kali ini, kami ingin berbagi cerita tentang kata merubah dan mengubah. Semoga, melalui ini kita jadi lebih tahu dan lebih mengenal bahasa kita ya.


Imbuhan me- dan me(N)-

Dalam bahasa Indonesia, dikenal berbagai macam imbuhan. Salah satunya adalah imbuhan me-. Contohnya seperti melawan, merambat, dan melompati. Lalu, ada juga imbuhan me(N)-, yaitu imbuhan me- yang ditambahi bunyi-bunyian nasal, misalnya menyapu, mendengar, menulis, dan sebagainya.

Lalu, bagaimana dengan merubah dan mengubah?

Pertama, mari kita sepakati kata yang kita bahas adalah yang memiliki makna 'menjadikan lain dari semula'.

Kedua, berdasarkan makna itu, apa bentuk dasarnya? Mari kita intip KBBI:

1)rubah n binatang sejenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dsb
2)rubah --> ubah

ubah cak tukar;ganti

Sip! Maka, berdasarkan makna yang kita cari, bentuk dasarnya adalah ubah, bukan rubah,

Maka, jika disimpulkan menjadi seperti berikut:

merubah --> me- + rubah 'menjadi rubah'
mengubah --> me(N)- + ubah 'menjadikan lain dari semula'


Demikianlah cerita tentang rubah dan ubah, serta merubah dan mengubah. Semoga artikel ini bisa menambah pemahaman kita tetnang bahasa Indonesia. Salam bahasa!

GMP

Wednesday, October 21, 2015

(Tidak) Satu Bahasa Kita

Selamat berjumpa, salam bahasa!

Pada waktu yang lalu, kita sudah mencoba untuk berdialog melalui "makanan". Sekarang, mari kita mencoba berdialog melalui "bahasa".

Seperti kita semua ketahui, bulan ini kita merayakan bahasa. Delapan puluh tujuh tahun yang lalu, tepatnya pada 28 Oktober 1928, para pemuda-pemudi Indonesia berkumpul untuk menegaskan Indonesia sebagai satu bangsa dan satu tanah air. Selain itu, mereka pun mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mereka. Maka, Indonesia yang pada waktu itu terpecah-belah dari berbagai daerah pun menjadi satu karena bahasa Indonesia.

Betapa pentingnya bahasa Indonesia ya? Memiliki bahasa persatuan seperti memiliki identitas. Kita bisa berdialog dengan suku lain di luar tempat tinggal kita "hanya" karena adanya bahasa Indonesia. Bahasa itu terus berkembang dan perlu "dirawat" agar tidak pudar. Ironisnya, saat ini begitu banyak penggunaan bahasa asing yang menyerbu dan bahkan dianggap lebih "gaul" dan lebih "keren" dibandingkan bahasa Indonesia. Tidak lupa juga dengan bahasa-bahasa daerah di bumi Nusantara yang jumlahnya ribuan. Para pemerhati bahasa pun berupaya agar bahasa-bahasa itu tidak tergeser dari kehidupan masyarakat penggunanya.  

Kali ini, tim Beranda akan membuka percakapan melalui isu-isu ini. Mari berdialog, selamat berdialog!

GMP

Monday, October 5, 2015

Menjelajah Warna-warni Negeri Mahabarata


Sumber foto: www.gramediapustakautama.com
Judul: Surga Yang Lucu - Petualangan Menjelajahi Khasmir, Himalaya, dan India
Penulis: Yoli Hemdi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2015
Ukuran: 15x21
Tebal: x + 175 halaman
ISBN: 978-602-03-1196-8

Apa yang Anda tahu tentang India? Atau Anda hanya tahu monumen cinta sejati Taj Mahal serta berbagai sinema epik dan romansanya?

Jika Anda ingin tahu lebih banyak dan tertarik dengan negara yang berjuluk Negeri Hindustani ini, bacalah buku "Surga Yang Lucu: Petualangan Seru Menjelajahi Kashmir, Himalaya, dan India" karangan Yoli Hemdi. Buku ini memberikan pembaca informasi mengenai India dan beberapa daerah di sekitarnya serta menyajikan peristawa menarik mengenai kehidupan masyarakat India.

Yoli Hemdi menulis kisah perjalanannya berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dianggapnya menarik dan luar biasa. Petualangan penulis yang tanpa persiapan apapun memberikan sensasi menegangkan dan membuat penasaran pembaca. Dimulai dari beradu mulut dengan petugas pengurus VOA (visa on arrival), dikerubungi pengemis, dikejar-kejar calo, sampai dibuat bingung karena budaya geleng-geleng kepala ala orang India. Selain memberikan kejuatan dan ketegangan, buku ini juga berisi beberapa tips bagi pembaca saat melakukan perjalanan ke luar negeri.

Gaya tulisan yang santai dan diselipi humor menjadikan buku ini menarik untuk dibaca. Tidak hanya kisah perjalanan dan percakaan seru saja yang dapat pembaca nikmati dalam buku ini, beberapa foto tempat kunjungan dan kuliner India nasi biryani semakin menambah daya tarik buku ini.

Penulis juga menceritakan perbedaan budaya yang amat mencolok antara India dengan Indonesia. Contohnya budaya geleng kepala. Budaya geleng kepala di Indonesia dan beberapa negeri lainnya bermakna tunggal yaitu "tidak". Sedangkan di India, menggelengkan kepala bisa berarti "tidak" maupun "iya".

Tidak hanya itu, perbedaan mencolok lainnya adalah keberadaan kasta yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat India. Hal semacam ini dapat dijumpai di mana pun. Di angkutan umum, misalnya, terdapat bangku khusus penumpang kasta Brahmana yang tidak boleh diduduki kasta lain walaupun bangku itu kosong.

Tidak Lupa Indonesia
Meskipun menuntut ilmu di India sembari berpetualang ke sana, Yoli tidak lupa akan negeri asalnya, Indonesia. Hal itu diungkapkan dalam pernyataannya mengenai Indonesia di beberapa bab buku ini. Bahasa Indonesia yang biasanya dianggap tidak penting daripada Bahasa Inggris kali ini sangat berguna ketika dipakai Yoli untuk menolak calo-calo yang semakin kasar menawarkan barang atau jasa.

Jika beberapa orang malu mengakui diri sebagai orang Indonesia lain halnya dengan penulis satu ini. Dengan bangga ia mengaku sebagai warga negara Indonesia. Ia selalu memakai batik dalam setiap perjalanannya hingga mengumbar keunggulan Indonesia kepada setiap orang yang ingin tahu tentang Ibu Pertiwi.

Buku ini membagikan keeksotisan India secara seru dan lucu, serta menjadi panduan bagi Anda yang ingin sekadar menambah pengetahuan, mencintai petualangan, atau mencicipi pengalaman mengunjungi India.

SVT

"Growol", Makanan Alternatif Bagi Penderita Diabetes

Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khas yang enak dan tentunya membuat lidah kita bergoyang. Di Kulon Progo, Yogyakarta, ada makanan khas yang tidak terlalu dikenal tetapi mempunyai khasiat tersendiri, yaitu growol.


Sumber: http://radiopersatuan.tk/kuliner-jogja/growol/

Growol merupakan makanan yang terbuat dari singkong. Aromanya cukup menyengat dan kadang membuat orang merasa geli untuk menikmatinya. Akan tetapi, bagi yang sudah terbiasa dengan cita rasanya, growol menjadi makanan yang lezat jika dimakan dengan tempe sengek yang manis dan dibalut dengan campuran santan kental. Selain itu, growol juga dapat menggantikan nasi atau makanan pokok berkarbohidrat lainnya yang aman dikonsumsi bagi penderita penyakit gula karena kadar gulanya yang lebih rendah dibandingkan nasi.


Proses pembuatan growol pun sangat sederhana. Buah singkong yang telah dikupas kemudian direndam menggunakan air bersih selama dua sampa tiga hari hingga menjadi pati (tepung singkong). Kemudian, pati itu dibilas sebanyak tiga sampai empat kali hingga bersih.  Proses selanjutnya adalah pencacahan dan perebusan selama lima belas hingga dua puluh menit dan pencetakan. Pencetakannya memakai daun pisang yang sudah direbus sehingga growol tidak lengket dengan daun pisangnya.

Growol sampai saat ini masih menjadi ciri khas Kulon Progo. Bagi Anda yang penasaran dan ingin mencicipinya, Anda bisa membelinya dengan harga murah.

MSN

Yang Sederhana dan Bersama

Angkringan

Jahe hangat, tanpa atau tambah susu.
Wedang tape, hangat atau es.
Tempe, tahu, bakwan.
Sate jeroan, sate telur puyuh
disantap bersama sebungkus nasi kucing.
Atau bisa jadi hanya semangkuk mi rebus rasa ayam bawang.

Sederhana, enak, dan guyub (rukun). Itulah angkringan. Pernah mendengar tentang angkringan? Angkringan adalah pedagang kaki lima yang menjajakan makanan-makanan "kecil tapi berat" di malam hari. Bagi masyarakat Jawa, hal ini bukanlah hal yang asing. Setiap kali bersantap di angkringan, saya selalu teringat sebuah kutipan dari sebuah cerita yang pernah saya baca:

"Makanan yang enak bukan cuma soal rasa, tapi juga soal di mana dan bersama siapa kamu memamakannya." 
(Kitchen Princess oleh Natsumi Ando, volume 3)

Kutipan itu seperti menjadi sesuatu yang tercermin di angkringan. Di sana, Anda bisa bertemu bersama siapa saja, mulai dari penduduk setempat, mahasiswa rantau dari berbagai daerah, atau juga orang-orang lain yang tidak Anda kenal. Meski demikian, Anda bisa bercanda dengan orang-orang di sana, meskipun Anda tidak kenal siapa mereka.

Pembicaraan Pertama Di Meja Makan
Pernahkah Anda duduk di meja makan bersama keluarga, dan mengomentari "masakan ini enak!"? Topik makanan selalu jadi senjata ampuh ketika berada di meja makan.

Tema kiriman-kiriman pertama kami adalah makanan. Sama seperti halnya makanan selalu menjadi topik pembicaraan pertama dengan orang-orang di sekitar Anda, kami berharap kiriman-kiriman pertama kami bisa menjadi awal pembicaraan dengan pembaca.

Salam Cerita!
GMP