Sunday, December 13, 2015

Filosofi Belajar: Berproses dan Berproses



Belajar adalah proses untuk mengerti sesuatu. Secara umum kegiatan belajar adalah proses kegiatan dari tidak tahu, tidak mengerti, dan tidak bisa menjadi tahu, mengerti, dan bisa. Seseorang perlu belajar untuk mengerti dan memahami segala sesuatu.


Orang yang belajar pasti akan mengalami perubahan ke arah yang baik. Belajar berubah ke arah yang lebih baik yang dimaksud adalah yang mencakup perubahan pikiran: menambah  informasi, menganalisis, mengkritisi, dan menata ulang; perubahan perasaan: nilai-nilai hidup yang patut kita pahami, yakini, dan terapkan;  perubahan perilaku: perubahan tingkah laku dan perbuatan, cara kerja, gaya hidup, serta pola hidup yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar merupakan kebutuhan sekaligus kewajiban kaum muda karena masa muda adalah masa belajar di pendidikan formal dan informal. Apa yang diraih di masa depan berkaitan erat dengan apa yang dilakukan dan dipelajari sekarang.

Sayangnya, fenomena-fenomena seputar kaum muda dewasa ini justru membuat miris: tawuran antarpelajar yang menelan korban jiwa, demo anarkis para mahasiswa, hingga penyalahgunaan narkoba. Kita juga disodori fenomena banyaknya kaum muda yang enggan menggali informasi di perpustakaan. Perpustakaan menjadi momok. Kebanyakan dari mereka lebih sering, bahkan lebih suka, berselancar di dunia maya. Parahnya, kegiatan-kegiatan itu dilakukan saat jam-jam kuliah maupun jam-jam sekolah.

Fenomena-fenomena tersebut haruslah menjadi perenungan banyak pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan. Bila dibiarkan, cepat atau lambat negeri ini akan dihuni oleh orang-orang yang rapuh dan bobrok.

Budaya belajar merupakan kunci yang harus menjadi titik perhatian. Kemajuan masyarakat diukur dari seberapa jauh budaya belajarnya. Tentu saja belajar bukan sekadar dalam bentuk formal. Budaya belajar terkait dengan kemampuan seseorang menyikapi perubahan zaman dan lingkungan.

Salah satu cara yang mungkin bisa ditempuh untuk mengurai benang kusut itu adalah menghidupkan spiritualitas pembelajar di tengah masyarakat. Pada dasarnya, manusia itu dikondisiskan untuk terus belajar dari lahir hingga meninggal. Tanggung jawab pertama manusia dalam proses menjadi dirinya yang sebenarnya adalah menerima tanggung jawab untuk menjadi pembelajar bukan hanya di gedung sekolah atau perguruan tinggi, tetapi terlebih penting lagi dalam konteks kehidupan (Andrias Harefa, 2006). Dengan kata lain, manusia harus mempunyai spiritualitas untuk menjadi seorang pembelajar sepanjang hidupnya.

MSN

No comments:

Post a Comment