Belajar adalah proses untuk mengerti sesuatu. Secara
umum kegiatan belajar adalah proses kegiatan dari tidak tahu, tidak mengerti,
dan tidak bisa menjadi tahu, mengerti, dan bisa. Seseorang perlu belajar untuk
mengerti dan memahami segala sesuatu.
Orang yang belajar pasti akan mengalami perubahan ke
arah yang baik.
Belajar berubah ke arah yang lebih baik yang
dimaksud adalah yang mencakup perubahan
pikiran:
menambah informasi, menganalisis,
mengkritisi, dan menata ulang; perubahan perasaan: nilai-nilai hidup yang patut kita pahami,
yakini, dan terapkan; perubahan perilaku: perubahan tingkah laku
dan perbuatan, cara kerja, gaya hidup,
serta pola hidup yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar merupakan kebutuhan sekaligus kewajiban kaum
muda karena masa muda adalah masa belajar di pendidikan formal dan informal. Apa yang diraih
di masa depan berkaitan erat dengan apa yang dilakukan dan dipelajari sekarang.
Sayangnya, fenomena-fenomena seputar kaum muda dewasa ini justru membuat
miris: tawuran antarpelajar yang menelan korban jiwa,
demo anarkis para mahasiswa, hingga penyalahgunaan
narkoba. Kita juga disodori fenomena banyaknya kaum muda yang enggan menggali informasi di
perpustakaan. Perpustakaan menjadi momok.
Kebanyakan
dari mereka lebih sering,
bahkan lebih suka, berselancar di dunia
maya. Parahnya, kegiatan-kegiatan
itu dilakukan saat jam-jam kuliah maupun jam-jam sekolah.
Fenomena-fenomena tersebut haruslah menjadi perenungan
banyak pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan. Bila dibiarkan, cepat atau
lambat negeri ini akan
dihuni oleh orang-orang yang rapuh dan bobrok.
Budaya belajar merupakan kunci yang harus menjadi
titik perhatian. Kemajuan masyarakat
diukur
dari seberapa jauh budaya belajarnya.
Tentu saja belajar bukan sekadar
dalam bentuk formal. Budaya belajar terkait dengan kemampuan seseorang
menyikapi perubahan zaman dan lingkungan.
Salah satu cara yang mungkin bisa ditempuh untuk
mengurai benang kusut itu adalah menghidupkan spiritualitas pembelajar di tengah masyarakat. Pada
dasarnya, manusia itu dikondisiskan untuk terus belajar dari lahir hingga
meninggal. Tanggung jawab pertama manusia dalam proses menjadi dirinya yang
sebenarnya adalah menerima tanggung jawab untuk menjadi pembelajar bukan hanya
di gedung sekolah atau perguruan tinggi, tetapi terlebih penting lagi dalam
konteks kehidupan (Andrias Harefa, 2006). Dengan kata lain, manusia harus
mempunyai spiritualitas untuk menjadi seorang pembelajar sepanjang hidupnya.
MSN
No comments:
Post a Comment