Heru
(72) adalah seorang penjual bakso keliling yang tinggal di Kaliwaru-Gejayan,
Yogyakarta. Meskipun usianya renta, semangatnya tidak pernah surut untuk
bekerja.
Kurang lebih 50 kilometer ditempuhnya
setiap hari dengan mendorong gerobak baksonya, mulai dari pukul sembilan pagi
sampai delapan malam. Ia berprinsip tidak mengemis, selain karena
tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.
Selama 48 tahun ia berkeliling menjual
bakso. Tidak selalu laku. Namun, ia merasa setiap orang memiliki rezekinya
masing-masing. Ia pun tak pernah melupakan ibadahnya. Meskipun hujan atau
panas, ketika mendengar adzan, saat itu juga ia akan mencari masjid terdekat
dan menjalankan sholat.
Heru belajar untuk ikhlas dan sabar
menjalani kehidupannya. “Saya pernah sholat, gerobak saya tinggal di depan
masjid. Uang hasil jualan bakso saya diambil oleh orang yang tidak saya kenal.
Seharian itu saya tidak mendapatkan hasil apa-apa. Saya hanya bisa berdoa
kepada Yang Maha Kuasa dan mengikhlaskan semuanya,” ia bertutur.
Bagi Heru, dalam hidup manusia menadapat
beragam peran. Akan tetapi, manusia tidak boleh lupa berserah kepada Sang
Empunya Kehidupan. Itulah yang meringankan hati ketika musibah menghampiri.
“Seringkali ada pembeli yang tidak bayar.
Saya menunggu sampai lama ternyata orangnya tidak membayar. Ya saya tidak
apa-apa, toh sudah dimakan juga. Ikhlas kok asalkan dia nggak
lapar,” ceritanya.
Pernah ketika mendorong gerobak baksonya,
kakinya tersandung dan menjatuhkan barang dagangannya. Meskipun demikian, ia
tidak sedih. “Lah wong sudah jatuh. Belum rezeki saya. Berarti
saya diajari Allah untuk berhati-hati lagi,” katanya.
Keikhlasan dan kesabaran yang dilakoninya
membuatnya menjadi kuat, tabah, dan tidak mengeluh. Hal inilah yang membuatnya
bersemangat menjual dagangannya dalam kondisi apapun. “Kalau lagi hujan, saya
tetap berjualan dan pulang ke rumah tepat waktu. Saya tidak bisa berteduh,
harus tetap jalan. Nanti kasihan ibu nunggu di rumah malah kuatir.
Akhirnya, saya pakai saja plastik untuk sekadar menutup kepala agar tidak
sakit,” ujar kakek yang memiliki 14 cucu itu.
Yang penting baginya adalah dapat bekerja
untuk keluarga. Penghasilan Rp60 ribu setiap hari tidak mengurangi rasa
syukurnya kepada Sang Pencipta. “Saya dan istri sangat bersyukur dengan berkat
yang kami peroleh. Kita tidak boleh iri kepada orang lain yang memiliki berkat
berlimpah,” katanya sambil tersenyum.
Meskipun sederhana, kita bisa banyak belajar
dari Heru. Darinya, kita belajar untuk bertanggung jawab, bekerja keras, sabar,
dan selalu bersyukur kepada Sang Pencipta.
(LR)
No comments:
Post a Comment