Indonesia dikenal sebagai tanah dengan budaya majemuk.
Kemajemukan itu terlihat dari beribu suku bangsanya yang memiliki keragaman dan keunikan masing-masing. Keberagaman budaya ini termasuk juga dalam hal
pakaian.
Dalam masyarakat
Jawa, ada tata cara berpakaian tradisional. Bagi wanita, ada yang disebut kemben, sementara bagi pria, ada yang
disebut sorjan. Ini adalah salah satu
kekhasan budaya Jawa, namun sayangnya saat ini hanya beberapa
yang masih memakainya, seperti para bangsawan keraton.
Tentunya, persoalan kepunahan budaya ini tidak terjadi
hanya dalam masyarakat Jawa saja, tetapi juga masyarakat budaya lain di
Indonesia. Persoalan tersebut muncul karena banyaknya budaya asing yang masuk
ke Indonesia dan diserap oleh masyarakatnya.
Sebagai contoh,
di kalangan anak muda saat ini, gaya berpakaian (fashion) yang sedang menjamur adalah fashion ala Korea. Gaya berpakaian itu teraplikasi dalam berbagai
hal; tatanan dan warna rambut, aksesoris, pakaian, hingga sepatu.
Gaya berpakaian asing
yang banyak masuk ini menandakan karakter masyarakat Indonesia yang mudah
menyerap, seperti spons. Hal itu tidak salah. Masalahnya adalah adalah apa yang
akan kita lakukan dengan budaya asing itu. Jika kita tidak ingin budaya asli
kita tergeser, maka kita harus menciptakan perubahan agar pelestarian itu tetap
berjalan dan berkembang.
Yang perlu
diingat, gaya berpakaian dalam negeri pun tidak kalah menarik dari luar negeri.
Tetapi bukan berarti kita harus menolak sepenuhnya budaya luar itu. Maka, yang harus
kita lakukan adalah menggunakan budaya asing yang masuk itu menjadi kunci
pembelajaran untuk mengembangkan budaya kita.
MSN